Senin, 06 Januari 2014
Rabu, 11 Desember 2013
KEAKTIFAN PUSTAKAWAN DALAM PEMASYARAKATAN PERPUSDOKINFO GUNA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN DAN CITRA POSITIF PERPUSTAKAAN
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan keaktifan pustakawan dalam pemasyarakatan Perpusdokinfo yang dapat meningkatkan perkembangan dan citra positif perpustakaan berdasarkan kajian literatur yang dilakukan. Ide utama dari tulisan ini berdasar atas gambaran sebuah perpustakaan ideal, yaitu yang ditunjang oleh sumberdaya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang perpusdokinfo dan atau yang sudah berpengalaman, terutama harus memiliki semangat untuk mengembangkan perpustakaan ke arah yang lebih baik, sehingga perpustakaan tersebut dapat diakses dan dapat memberikan pelayanan prima. Untuk mewujudkan hal tersebut secara ideal, diperlukan para pustakawan yang inovatif dan informatif dalam mengemas dan menyampaikan informasi kepada pengguna seiring dengan perkembangan dunia informasi dan kemajemukan pengguna perpustakaan.
A. Pendahuluan
Masyarakat mulai mengenal perpustakaan disaat mereka mulai mendokumentasikan hasil karya mereka secara sederhana. Banyak bukti sejarah tercatat di perpustakaan yang dapat menceritakan peradaban masa lalu, misalnya penemuan pecahan tembikar di Nippur yang berupa tulisan Mesopotamia kuno, yang merupakan bagian dari sebuah perpustakaan besar, yang ditulis di atas lempengan tanah liat dalam bahasa yang paling kuno yang pernah dikenal manusia.
Hilang timbulnya perpustakaan pada jaman dahulu ternyata ada kaitannya dengan lembaga yang menaunginya. Misalnya di Yunani, perpustakaan berkembang di bawah pimpinan Pericles sekitar abad ke-5 SM, sebaliknya terjadi pada kerajaan Roma dimana ketika kerajaan ini mulai mundur, perpustakaan juga mulai mengalami kemunduran.
Bagaimana dengan kabar pertumbuhan perpustakaan di Indonesia? Saat ini, pertumbuhan perpustakaan di Indonesia sudah mengalami perkembangan dimana banyaknya perpustakaan yang telah menerapkan fungsi edukasi, informasi dan hiburan dalam pengelolaan perpustakaan. Namun hal itu saja tidak cukup untuk meningkatkan minat pengguna untuk memanfaatkan perpustakaan.
Kendala yang muncul adalah banyak masyarakat yang belum familiar terhadap pemanfaatan perpustakaan, sehingga ketika mereka membutuhkan informasi, perpustakaan tidak diprioritaskan sebagai pusat pencarian informasi. Padahal perpustakaan merupakan sumber informasi yang dapat diakses secara gratis oleh semua kalangan masyarakat. Terlepas jenisnya apakah perpustakaan umum atau khusus, tetap saja perpustakaan adalah sebuah tempat dimana berbagai ilmu dikumpulkan, diolah untuk kemudian disebarkan.
Dalam UU No. 43 Tahun 2007 pasal 1, dinyatakan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.
Banyak hal yang mempengaruhi lambatnya perkembangan sebuah perpustakaan, diantaranya menyangkut ketersediaan sarana dan prasarana yang tersedia. Namun jika kita berbicara pada tataran individu, salah satu poin utamanya adalah niat dan minat dari para pustakawan untuk mengembangkan perpustakaan. Pustakawan atau petugas perpustakaan terkadang kurang aktif dalam mensiasati tantangan ini.
Niat dan minat merupakan dasar bagi pustakawan untuk mengembangkan perpustakaan. Jika ada niat namun tidak ada minat, maka pengembangannya hanya setengah jalan, namun minat jika tidak dibarengi dengan niat yang kuat juga tidak akan berjalan lancar. Berikut adalah konsep pengembangan yang perlu selalu ditingkatkan terkait pengembangan dan peningkatan citra positif perpustakaan :
PERPUSTAKAAN
Pengembangan
di Bidang Pelayanan
Pengembangan
di Bidang Penelusuran
PUSTAKAWAN
Pengembangan di
Bidang
Kepustakawanan
Pengembangan di Bidang
Pengolahan & Pengemasan
Bahan Pustaka
Pustakawan perlu menguasai pengetahuan di bidang kepustakawanan sebagai dasar dalam menjalankan tugasnya. Akan menjadi kurang efektif jika pustakawan sebagai manajer dalam sebuah perpustakaan tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni di bidang kepustakawanan. Begitu juga dengan pengetahuan dalam bidang pengembangan pelayanan, penelusuran informasi, pengolahan dan pengemasan bahan pustaka, perlu terus diasah dengan memperhatikan dinamika teknologi informasi yang terus berubah. Seorang pustakawan harus memiliki sikap terbuka terhadap pembaharuan namun tidak meninggalkan nilai-nilai dasar kepustakawanan.
Peningkatan pengembangan perpusta-kaan sejalan dengan peningkatan citra positif perpustakaan. Jika sebuah lembaga perpustakaan tidak memiliki rencana kerja yang jelas akan pengembangan, maka dapat dipastikan bahwa tidak akan ada perubahan citra di mata pengguna perpustakaan.
Untuk mewujudkan hal tersebut secara ideal, diperlukan pustakawan inovatif dan informatif dalam mengemas dan menyampaikan informasi kepada pengguna seiring dengan perkembangan dunia informasi dan kemajemukan pengguna perpustakaan. Guna membuka wawasan apa dan mana saja yang perlu dibenahi dalam penyelenggaraan perpustakaan, pustakawan dapat juga melakukan studi banding.
B. Pelayanan Prima sebagai Alat untuk Pemasyarakatan Perpusdokinfo
Sebuah perpustakaan ideal, perlu ditunjang oleh SDM yang mumpuni di bidang perpusdokinfo dan atau yang sudah berpengalaman dan terutama harus memiliki semangat untuk mengembangkan perpustakaan kearah yang lebih baik, mudah diakses dan memberikan pelayanan prima.
Pelayanan prima perlu dilakukan guna tercapainya kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan memberikan beberapa manfaat, diantaranya adalah : meningkatnya kredibilitas institusi penaung dan perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi; membentuk hubungan yang harmonis dengan pelanggan; terciptanya loyalitas dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang berguna untuk peningkatan kualitas layanan perpustakaan.
Setiap manusia senang diperlakukan spesial, begitu juga dengan pengguna perpustakaan. Tatapan mata yang ramah, gerak tubuh yang positif, serta kepedulian terhadap kebutuhan pengguna merupakan hal yang perlu diterapkan dalam mewujudkan pelayanan prima.
Secara umum, pelayanan berarti suatu kegiatan yang bertujuan untuk membantu pengguna jasa layanan. Prima berarti terbaik atau bagus. Jadi, apabila digabungkan, pelayanan prima bermakna sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membantu memberikan yang terbaik bagi pengguna jasa layanan.
Pustakawan diharapkan dapat menjadi penyambung antara pengguna dan sumber informasi yang terdapat di perpustakaannya. Pustakawan harus aktif mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia perpustakaan, dunia public relation dan perkembangan teknologi informasi, karena ketiga hal tersebut sangat berkaitan erat untuk meningkatkan citra positif perpustakaan.
Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh pustakawan untuk mengembangkan dan meningkatkan citra positif perpustakaan, salah satunya adalah dengan membuat sebuah kegiatan bersifat massal yang dapat menginformasikan kepada masyarakat mengenai apa itu perpustakaan plus ragam layanan dan informasi yang terdapat di dalamnya. Ungkapan tak kenal maka tak sayang tepat digunakan di sini. Masyarakat umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, potential user, yaitu masyarakat yang diharapkan menjadi pengguna perpustakaan dan actual user, yaitu pengguna perpustakaan. Pengguna potensial perlu dikenalkan dengan apa itu sebenarnya perpustakaan, apa hak dan kewajiban pengguna di perpustakaan serta apa saja yang bisa diperoleh dengan mengunjungi perpustakaan baik secara fisik atau melalui dunia maya.
Setelah pengguna potensial mengenal dan mengerti tentang perpustakaan, maka diharapkan akan terjadi perubahan paradigma tentang perpustakaan ke arah yang lebih baik sehingga citra positif perpustakaan akan naik.
Menurut Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia No.2 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Kegiatan pemasyarakatan perpus-dokinfo yang dilakukan hendaknya memperhatikan sasaran atau target pengguna serta output yang diharapkan, agar kegiatan yang dilakukan dapat dikemas sesuai tingkat kebutuhan pengembangan perpustakaan. sementara bentuk kegiatan pemasyarakatan perpusdokinfo yang umum dilakukan meliputi : a) Publisitas; b) Penyuluhan dan c) Pameran.
a. Publisitas
Publisitas menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, adalah pengumuman, pemberitaan (2001). Sementara makna spesifik yang terkait dengan dunia kepustakaan diperoleh dari buku Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia No.2 Tahun 2008 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional pustakawan dan angka kreditnya. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud publisitas adalah kegiatan perancangan, penyusunan, penerbitan dan penyebarluasan naskah penyuluhan atau promosi tentang kegiatan perpusdokinfo kepada masyarakat.
Beberapa kegiatan publisitas yang dapat dilakukan antara lain : menyusun cerpen, skenario, dan artikel yang nantinya dipublikasikan kepada pengguna potensial maupun aktual untuk menarik minat mereka. Tapi tentu saja jenis kegiatan ini perlu diselaraskan dengan institusi tempat perpustakaan bernaung dan jenis perpustakaan itu sendiri. Pustakawan juga dapat menyebarluaskan materi publisitas tentang kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi kepada masyarakat luas melalui media cetak dan elektronik.
b. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan terdiri dari dua jenis, yaitu : penyuluhan kegunaan dan pemanfaatan perpusdokinfo serta penyuluhan pengembangan perpusdokinfo. Seringkali di perpustakaan kita menemui banyak pengguna yang masih bingung ketika menggunakan fasilitas yang disediakan Perpustakaan. Beberapa hal yang sering membuat bingung antara lain tentang nomor klasifikasi, database yang dipergunakan, pencarian langsung ke rak buku (jika menggunakan sistem layanan terbuka), dan tidak diketemukannya bahan pustaka yang dikehendaki. Hal ini terkadang dapat membuat pengguna menjadi malas ke perpustakaan.
Untuk mengatasi kendala tersebut, pustakawan dapat melakukan pemberian penjelasan kepada pengguna guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan kemampuan mereka dalam memanfaatkan jasa dan bahan perpustakaan. Sementara untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, para pustakawan dapat menyelenggarakan atau mengikuti penyulu-han mengenai strategi dan cara meningkatkan kemampuan perpustakaan dalam melayani pengguna. Penyuluhan dapat dilakukan melalui media yang beragam. Bisa melalui media TV atau radio, menggunakan alat multimedia seperti slide, CD, internet, dan lain-lain atau bisa juga dengan tatap muka langsung dengan fokus tertentu.
Setelah kegiatan dilakukan, evaluasi paska kegiatan perlu dilakukan guna mengetahui sejauh mana keefektifan kegiatan yang telah dilakukan, sehingga pada kesempatan berikutnya perpustakaan dapat memberikan pelayanan dengan lebih baik lagi.
c. Pameran
Pameran merupakan suatu bentuk display dalam sebuah lingkup kegiatan yang melibatkan orang banyak sebagai audience. Namun pengertian pameran lebih jauh adalah suatu kegiatan promosi yang dilakukan oleh suatu produsen, kelompok, organisasi, perkumpulan tertentu dalam bentuk menampilkan display produk kepada calon relasi atau pembeli. Adapun macam pameran itu adalah : show, exhibition, expo, pekan raya, fair, bazaar, pasar murah.
Aktivitas, hasil kegiatan maupun koleksi perpustakaan yang berharga dan unik dapat disajikan dalam pameran perpustakaan untuk menarik minat masyarakat. Hal ini merupakan promosi yang baik karena publik dapat langsung berinteraksi dengan pustakawan dan petugas perpustakaan sambil menikmati koleksi yang disuguhkan, sehingga pesan yang hendak disampaikan oleh pihak perpustakaan tersampaikan kepada publik.
Karena pameran merupakan perwujudan pesan yang ingin disampaikan kepada publik, maka pustakawan harus mampu mengemas pesan apa saja yang hendak disampaikan kepada publik. Selain itu, pustakawan perlu menyajikan kemasan yang akrab dengan publik karena publiklah yang menjadi sasaran pelaksanaan program pameran.
Materi pameran harus lengkap baik dari segi bendanya maupun datanya, juga harus sesuai dengan tema. Misalnya untuk pameran perpustakaan khusus dengan tema “mengurangi emisi karbon”, dapat disajikan alat peraga gambar atau media 3D yang menceritakan bagaimana karbon terbentuk dan pelepasannya di udara serta akibatnya bagi dunia. Dengan demikian diharapkan materi yang dipamerkan itu dapat berceritera sehingga menarik publik untuk tahu lebih banyak.
Untuk mendukung tercapainya tujuan pameran diperlukan pemandu yang tidak hanya bertugas secara administratif tapi juga mampu menjelaskan dengan baik dan jelas maksud materi dan display dari pameran.
Dalam penataan display pameran, perlu diperhatikan komposisi keseimbangan dan keharmonisan antara materi dengan ruangan. Dari segi pencahayaan dan interior perlu diperhatikan agar tidak mengurangi kenyamanan kunjungan. Alur keluar-masuk pengunjung sebaiknya tidak membingungkan pengunjung. Pustakawan dapat mencontoh pola huruf O, L atau U sebagai alur. Demikian pula dalam pemilihan ruangan pameran, baik ukuran, bentuk, maupun warna harus memberikan keseimbangan dengan materi pameran.
Penutup
Pustakawan dan petugas perpustakaan diharapkan lebih aktif dan responsif dalam mengamati dinamika masyarakat beserta kebutuhan informasinya. Dengan mengamati, pustakawan dan petugas perpustakaan dapat menganalisa tema apa saja yang dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik pengguna guna memberikan pelayanan prima. Pengguna yang merasa terpuaskan dapat berperan sebagai media promosi secara tak langsung bagi perpustakaan karena sudah dapat dipastikan mereka akan menceritakan kepada teman temannya mengenai kepuasan yang mereka dapat. Dengan publisitas yang baik citra perpustakaan dapat terdongkrak sekaligus menepis persepsi negatif atau kurang menguntungkan masyarakat tentang perpustakaan.
Badudu-Zain (2001) Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2009) Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia No.2 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
----------------- Analisis Display Pameran First Islander. http://zulkifliharto.wordpress.com/ (Diakses 17 Juli 2010)
---------------- Sejarah Perpustakaan. http://sdm4sby.com/index2.php?option =com-content &do-pdf=1&id=54 (Diakses 17 Juli 2010)
Oleh :
Tekka Bancin
Jurusan Ilmu Perpustakaan
![]() |
Medan, Sumatera Utara |
Air Port Sultan Hasanuddin, Makassar |
Label:
Pemustaka,
Perpustakaan,
Pustakawan
Lokasi : Makassar
Makassar, South Sulawesi, Indonesia
Selasa, 10 Desember 2013
Psikologi Pustakawan
Pengertian Psikologi
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani ‘psyche’ yang berarti jiwa dan ogos’ yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Namun pengertian jiwa tidak pernah ada kesepakatan dari sejak dahulu. Di antara pendapat para ahli, jiwa bisa berarti ide, karakter atau fungsi mengingat, persepsi akal atau kesadaran. Psikologi adalah ilmu yang sedang berkembang dan pada hakikatnya psikologi dapat diterapkan pada setiap bidang dan segi kehidupan. Oleh karena itu cabang cabang psikologi bertambah dengan pesat, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan aktivitas kehidupan. Cabang cabang psikologi dapat digolongkan berdasarkan kekhususan bidang studinya, baik ilmu dasar (teoritis), maupun yang bersifat terapan (praktis). Penerapan psikologi berkembang ke berbagai aspek kehidupan manusia, demikian juga titik singgung dengan ilmu ilmu lain juga semakin banyak, misalnya dengan ilmu manajemen, ilmu ekonomi, ilmu perpustakaan, ilmu sosial dan sebagainya.
Sejarah Perkembangan Psikologi
Di zaman Yunani Kuno para ahli falsafat mencoba mempelajari jiwa, seperti Plato menyebut jiwa sebagai ide, Aristoteles menyebut jiwa sebagai fungsi mengingat. Pada abad 17 filsuf Perancis Rene Descartes berpendapat bahwa jiwa adalah akal .atau kesadaran, sedangkan John Locke (dari Inggris) beranggapan bahwa jiwa adalah kumpulan idea yang disatukan melalui asosiasi. Sedangkan ilmuwan lain pada abad 18 mengaitkan jiwa dengan ilmu pengetahuan (faal), mereka berpendapat dengan jiwa yang dikaitkan dengan proses sensoris/motoris, yaitu pemrosesan rangsangan yang diterima oleh syaraf-syaraf indera (sensoris) di otak sampai terjadinya reaksi berupa gerak otot-otot (motorik).
Tugas seorang pustakawan menjalankan roda perpustakaan berjalan dengan berbagai image, perpustakaan adalah jantungnya perguruan tinggi, perpustakaan gudangnya informasi, perpustakaan harus digital, perpustakaan harus e-learning dan sejumlah tuntutan lainnya yang mengharapkan perpustakaan tidak statis, harus berkembang dengan tekonologi komunikasi dan informasi layaknya seperti café-café yang mengadopsi perpustakaan sebagai nilai tambah. Syarat mendirikan sebuah lembaga pendidikan terlebih lagi bernama universitas tercantum dalam PP No.60 Tahun 1991 tentang Pendidikan Tinggi, kemudian terwujudnya Undang-Undang Perpustakaan No.43 Tahun 2007 yang memperjelas kedudukan dan fungsi sebuah perpustakaan yang didalamnya pembiayaan atau anggaran untuk sebuah perpustakaan (PT) sebesar 8% total seluruh anggaran sebuah universitas. Tanggung jawab pustakawan kemudian dukungan pemerintah telah sangat ideal untuk mewujudkan sebuah perpustakaan yang dapat dibanggakan bertaraf internasional. Paragraf diatas adalah sebuah wacana yang menyenangkan namun pada prakteknya, belum dan tidak sejalan yang diinginkan. Adalah sebuah tantangan bagi seorang pustakawan untuk mewujudkannya.
Tantangan Pustakawan
Tantangan seorang pustakawan dalam menjalankan profesinya meliputi :
Sejarah Perkembangan Psikologi
Di zaman Yunani Kuno para ahli falsafat mencoba mempelajari jiwa, seperti Plato menyebut jiwa sebagai ide, Aristoteles menyebut jiwa sebagai fungsi mengingat. Pada abad 17 filsuf Perancis Rene Descartes berpendapat bahwa jiwa adalah akal .atau kesadaran, sedangkan John Locke (dari Inggris) beranggapan bahwa jiwa adalah kumpulan idea yang disatukan melalui asosiasi. Sedangkan ilmuwan lain pada abad 18 mengaitkan jiwa dengan ilmu pengetahuan (faal), mereka berpendapat dengan jiwa yang dikaitkan dengan proses sensoris/motoris, yaitu pemrosesan rangsangan yang diterima oleh syaraf-syaraf indera (sensoris) di otak sampai terjadinya reaksi berupa gerak otot-otot (motorik).
Tugas seorang pustakawan menjalankan roda perpustakaan berjalan dengan berbagai image, perpustakaan adalah jantungnya perguruan tinggi, perpustakaan gudangnya informasi, perpustakaan harus digital, perpustakaan harus e-learning dan sejumlah tuntutan lainnya yang mengharapkan perpustakaan tidak statis, harus berkembang dengan tekonologi komunikasi dan informasi layaknya seperti café-café yang mengadopsi perpustakaan sebagai nilai tambah. Syarat mendirikan sebuah lembaga pendidikan terlebih lagi bernama universitas tercantum dalam PP No.60 Tahun 1991 tentang Pendidikan Tinggi, kemudian terwujudnya Undang-Undang Perpustakaan No.43 Tahun 2007 yang memperjelas kedudukan dan fungsi sebuah perpustakaan yang didalamnya pembiayaan atau anggaran untuk sebuah perpustakaan (PT) sebesar 8% total seluruh anggaran sebuah universitas. Tanggung jawab pustakawan kemudian dukungan pemerintah telah sangat ideal untuk mewujudkan sebuah perpustakaan yang dapat dibanggakan bertaraf internasional. Paragraf diatas adalah sebuah wacana yang menyenangkan namun pada prakteknya, belum dan tidak sejalan yang diinginkan. Adalah sebuah tantangan bagi seorang pustakawan untuk mewujudkannya.
Tantangan Pustakawan
Tantangan seorang pustakawan dalam menjalankan profesinya meliputi :
- Pekerjaan teknis rutinitas seperti mengolah sebuah koleksi dari inventaris, katalogisasi dan klassifikasi sampai dengan koleksi tersebut dapat dipergunakan dan disebarkan informasinya.
- Pekerjaan melayani yang juga merupakan pekerjaan rutinitas seperti transaksi peminjaman, pengembalian, pendaftaran anggota, layanan informasi dan referensi.
- Hubungan masyarakat atau public relation, dalam hal ini terkait dengan interaksi perpustakaan dengan civitas akademik seperti jurusan, rektorat, divisi di universitas, kemudian interaksi dengan penerbit, perguruan tinggi lainnya, organisasi perpustakaan.
- Pengembangan layanan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
- Pengabdian kepada masyarakat.
- Tuntutan berkontribusi dalam dunia tulis menulis.
- Pekerjaan administrasi di luar bidang perpustakaan seperti surat menyurat, laporan keuangan, proposal dan lain sebagainya.
Lebih lanjut saya kan berbicara pada perpustakaan yang berada dibawah naungan sebuah pendidikan tinggi atau perguruan tinggi sebagai acuan perpustakaan yang lebih baik dari berbagai aspek termasuk sumber daya manusianya. Sebuahperpustakaan perguruan tinggi di Indonesia minimal dikelola oleh pustakawan tingkat Penata Muda atau Sarjana Perpustakaan sebagai manajer perpustakaan. Kenapa? Agar apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab profesi pustakawan dapat dijalankan menuju perpustakaan yang ideal atau memenuhi kebutuhan penggunanya. Di tingkat perguruan tinggi alhamdulillah sudah mulai banyak kesadaran pimpinan perguruan tinggi pentingnya perpustakaan dikelola oleh seorang pustakawan, termasuk ditempat saya bekerja, meskipun jumlah yang dibutuhkan belum memenuhi formasi. Formasi sarjana pustakawan ideal menurut standar WCU Library Asia 40%, Magister 30%, Doctor 10% dari staff perpustakaan, Untuk menuju tahap ideal memang memerlukan proses, dan ini akan membantu beban kerja seorang pustakawan. Biasanya pustakawan di perpustakaan perguruan tinggi ada satu orang dengan basic ilmu perpustakaan selebihnya diluar Ilmu Perpustakaan bahkan masih ada dengan latar pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMU). Keanekaragaman latar belakang pendidikan tersebut idealnya dapat membantu tugas-tugas seorang pustakawan tentu dengan mengikutkan pada kegiatan pelatihan, seminar, workshop tentang perpustakaan. Namun pada pelaksanaannya berdasarkan pengalaman dilapangan, akan berbeda dedikasi seorang pustakawan dengan diluar pustakawan, terkecuali ada beberapa yang memang memiliki etos kerja yang baik meskipun bekerja di luar bidangnya. Seorang pustakawan di tengah staff perpustakaan yang bukan pustakawan memiliki beban moral atau biasanya ditempatkan sebagai seorang kepala perpustakaan (syarat minimal kepala perpustakaan) mengatur pekerjaan, mendelegasikan pekerjaan pada staff teknis selain klassifikasi dan katalogisasi, seperti layanan peminjaman dan pengembalian, penerimaan anggota, pembuatan surat, keuangan dan yang lainnya. Pustakawan sebagai seorang kepala perpustakaan sudah memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, dia kan bertatar pada lingkup memanajemen seluruh kegiatan yang didelegasikan pada staffnya. Untuk jumlah pegawai perpustakaan yang masih sedikit, terkadang seorang kepala perpustakaan harus bisa memback up pekerjaan teknis, ini terjadi pada perpustakaan yang masih kecil dan berkembang. Pekerjaan merangkap inilah sering menjadi beban menimbulkan kelelahan secara fisik dan sering juga berpengaruh pada mental seperti mudah marah, lesu dan kehilangan semangat.
Psikologi Profesi Pustakawan
Psikologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ilmu yang
berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya
pada perilaku. Sedangkan profesi didefinisikan bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian tertentu. Pustakawan adalah sebutan profesi keahlian
dibidang perpustakaan. Profesi pustakawan memiliki tugas pokok, tantangan, dan
beban pekerjaan yang tidak dapat dikatakan remeh, yang sering kali merupakan
pekerjaan rutinitas setiap hari, disaat akademik liburpun perpustakaan harus tetap
buka melayani mahasiswa/i yang melakukan penulisan skripsi, kemudian
seringkali beban pekerjaan yang merangkap karena keterbatasn staff, dan
keinginan untuk menggerakan perpustakaan menjadi lebih baik. Kondisi beban pekerjaan ini, tidak hanya pustakawan, bisa jadi profesi lainpun akan mengalami
overload pekerjaan yang bisa memicu pada tingkat stress.
Pemicu tingkat stress pustakawan diantaranya menggolkan suatu rencana atau
proposal yang seringkali terjadi masuk dalam daftar tunggu (waiting list). Bila
saja masuk dalam daftar tunggu ini bisa maju hingga pada pintu gol tidaklah
menjadi suatu kendala, namun seringkali daftar tunggu ini menjadi sebuah kotak
artinya ya menunggu terus. Dapat dipahami banyak sekali beban perguruan tinggi
khususnya swasta apalagi masih tergolong baru, banyak kebutuhan dari tingkat
fakultas hingga jurusan, belum lagi kebutuhan penunjang kegiatan
kemahasiswaan. Apapun tuntutan kebutuhan yang diajukan kepada universitas,
tetaplah menjadi masukan dan membuat jadwal realisasi, terlebih perpustakaan
yang disebut-sebut sebagai jantung perguruan tinggi, dan menjadi syarat
berdirinya sebuah perguruan tinggi.
Pustakawan dituntun bisa ini dan itu, menjadi Public Relations, melek teknologi,
harus excellent service, segudang keharusan membentuk pustakawan smart person
namun tidak boleh lepas dari senyum manis kepada semua pemustaka, melupakan
bahwa pustakawan pun memiliki karakter dan pengendalian diri yang berbedabeda.
Sama seperti individu yang lainnya ada pustakawaan yang memiliki
ketahanan mental yang baik, ada pula pustakawan yang ketahanan mental yang
biasa saja, dan terakhir pustakawan dengan ketahanan mental yang kurang.
Pustakawan dengan ketahanan mental yang baik biasanya dengan ciri-ciri yang
mudah kita lihat adalah dia seorang pustakawan yang memiliki motivasi tinggidalam bekerja, tangguh terhadap segala tantangan, Pustakawan dengan ketahanan
mental yang biasa saja hanya sekedarnya menjalankan profesi apa adanya.
Pustakawan dengan ketahanan mental yang kurang, mudah sekali menyerah
terhadap tantangan dan sering kali lebih banyak mengeluarkan keluhan-keluhan.
Contohnya seorang pustakawan mengajukan proposal permintaan ruangan atau
lantai dan gedung khsusus perpustakaan. Pustakawan yang tanggung tidak akan
menyerah ketika proposal tersebut ditolak, dia berfikir akan terus mengajukan
kembali pada masa tertentu. Pustakawan yang biasa proposal ditolak ya sudah
menerima apa adanya, dan lebih buruk lagi pustakawan yang sering mengeluhkan
hal tersebut sebagai suatu hambatan bagi pekerjaan selanjutnya. Pustakawan yang
tangguh dia mampu tetap bekerja ketika hasil pekerjaannya mendapatkan kritikan
terlebih amarah dari pimpinan, dan untuk pustakawan yang lainnya Anda bisa
menggambarkan sendiri bagaimana sikap kebalikan dari pustakawan yang
tangguh.
Ketangguhan yang dibutuhkan lainnya adalah mampu menjalani kegiatan
rutinitas, mampu dengan tugas-tugas yang merangkap, dan mampu memberikan
inovasi. Tapi bagaimanapun pustakawan itu manusia biasa, semua menginginkan
kesempurnaan, namun tidak ada kesempuranaan itu, yang ada bisa bekerja dengan
optimal dengan penuh cinta dan kesungguhan. Wajar bilamana pasang surut
dalam motivasi bekerja, wajar bisa mengalami kondisi psikologi yang tidak
bagus, namun tidak wajar bagi seorang yang tangguh menikmati keadaan yang
tidak baik tersebut, harus bangkit!
Penutup
Pemaparan tentang psikologi pustakawan ini bertutur pada pekerjaan pustakawan
yang dengan jumlah pegawai sangat sedikit misalkan 3-5 orang untuk skala
perguruan tinggi, yang tentunya mengalami psikologis yang berbeda dengan
jumlah pustakawan yang ideal. Memerlukan sebuah ilmu untuk menjalani profesi
pustakawan tidak hanya teknis tentang ilmu perpustakaan namun ada aspek lain
yaitu kesiapan mental (psikologis) untuk menerobos stereotip tentang pustakawan
dan perpustakaan dalam lingkungan organisasi baik mikro maupun makro di
perguruan tinggi. Pustakawan memang harus tangguh!
Referensi Tulisan
- Hasanah, Nanan. “world Class University Library”, Prosiding disampaikan pada Rapat Kerja Forum Perpustkaan Perguruan Tinggi se-Jawa Barat, 30 April 2009
- Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.-Ed.3.-Jakarta : Balai Pustaka.
- Sulistyo-Basuki.1994. Periodisasi Perpustakaan Indonesia.-Cet.1.-Bandung : Rosdakarya.
- http://wwwfiles.pnri.go.id/homepage-folders/activities/highlight/ruu_perpustakaan/pdf/UU-43-2007-PERPUSTAKAAN.pdf
Oleh :
Tekka Bancin
Jurusan Ilmu Perpustakaan
Senin, 09 Desember 2013
Psikologi Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam psikologi belajar ,proses berarti cara atau langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil –hasil tertentu (Reber,1988).Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif,afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.perubahan itu positif dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya.
Oleh karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif. Oleh karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagaiberikut :
- Apa yang dimaksud dengan pengolahan informasi ?
- Apa yang dimaksud dengan model pengolahan pengolahan informasi ?
- Apa yang menyebabkan orang mengingt dan melupakan ?
- Bagaimana strategi daya ingat dapat diajarkan ?
- Apa yang membuat informasi bermakna ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengolahan Informasi
Teori pengolahan informasi
Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Hal yang demikian juga dapat dikatakan bahwa penggolahan informasi dapat dikatakan sebagai bagaimana respon individu terhadap informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya.
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Dimana dalam ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Dalam teori pengolahan informasi memiliki sutu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar.Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang individu.
Menurut Anderson, 1980 “belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas.
Namun demikian, penelitian pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar. Dari pernyataan Anderson tersebut dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, dikembangkan model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan meng-gambarkan cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model belajar pemrosesan informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang dikutip berikut ini.
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
- Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
- Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
- Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
B. Model Pengolahan Informasi
Model pengolahan informasi adalah teori pembelajaran menggambarkan proses yang menyababkan informasi di ingat atau di lupakan. Macam- macam model pengolahan informasi:
- Rekaman indra Komponen pertama sistem daya ingat yang di temui informasi sendiri yang sedang masuk ialah rekaman indra. Rekaman indra (sensory register) menerima informasi dalam jumlah besar dari masing-masing indra (penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa) dan menahanya dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari beberapa detik kalau tidak yang terjadi pada informasi yang ditahan dalam rekaman indra, informasi tersebut cepat hilang. Keberadaan rekaman indra mempunyai dua implikasi pendidikan penting. Pertama, orang harus memberikan perhatian pada informasi mereka ingin mengingatnya. Kedua, diperlukan waktu untuk membawa semua informasi yang diliahat dalam waktu singkat kedalam kesadaran.
- Daya ingat jangka pendek Daya ingat jangka pendek (short-term memory) adalah sistem penyimpanan yang dapat menahan informasi dalam jumlah terbatas selama beberapa detik. Aspek terpenting dari daya ingat jangka pendek bukanlah jangka waktunya, melainkan fakta bahwa daya ingat tersebut sedang aktif daya ingat kerja (working memory) adalah tempat pikiran mengolah informasi, mengorganisasikanya untuk disimpan atau di buang, dan menghubungkanya dengan informasi lain.
- Daya ingat jangka panjang Daya ingat jangka panjang (long-term memory) adalah bagian sistem daya ingat dan menjadi tempat penyimpanan informasi dalam kurung waktu yang lama. Daya ingat jangka panjang di anggap sebagai suatu penyimpanan yang lama. para ahli teori membagi daya ingat jangka panjang menjadi tiga bagian yaitu daya ingat episodik, daya ingat somatik, dan daya ingat prosedural. Daya ingat episodik (episodic memory) adalah daya ingat pengalaman pribadi kita, suatu film dalam pikiran tentang hal yang kita lihat dan dengar. Daya ingat sematik (sematic memory) adalah jangaka panjan yang berisi fakta dan informasi yang cdan bagaimana mengunakanya pemecahan masalah dan starategi pelajar kita. Daya ingat prosedural (procedural memory) merujuk pada mengetahui bagaimana bukanya mengetahui bahwa.
C. Mengingat dan Melupakan
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. Mengingat adalah proses menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Proses mengingat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu meliputi faktor individu, faktor sesuatu yang harus diingat dan faktor lingkungan. Mengingat adalah segala bentuk upaya untuk merefleksikan dan meretensikan ingatan terhadap apa yang telah dismpan uuh dalam memori. Merefleksikan adalah merupakan manifestasi dari berfikir akan segala sesuatu yang telah muncul dalam ingatan nyata, sehingga ia memerlukan tindakan lebih lanjut. Meretensikan adalah menularkan kembali apa yang telah diingat seseorang, atau mencoba menelusuri pengalaman hidup melalui ingatan. Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima seseorang.
Selama bertahun-tahun, para peneliti telah mengidentifikasikan beberapa faktor yang menyebabkan lebih muda atau lebih sulit mengingat informasi yaitu:
- Gangguan Salah satu alasan pening mengapa orang lupa adalah gangguan. Gangguan terjadi ketika informasi bercampur baur atau disingkirkan oleh informasi lain. Salah satu bentuk gangguan terjadi ketika orang dicegah secara mental mengulangi informasi yang baru dipelajari.
- Hambatan retroaktif Gangguan ini terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya hilang karena informasi tersebut tercampur dengan informasi baru dan agak mirip. Misalnya, siswa yang masih muda tidak mengalami kesulitan mengenali huruf B hingga mereka diajarkan huruf D. Karena kedua huruf ini tampak mirip, siswa sering mencampur adukkannya. Dengan demikian, mempelajari huruf D menganggu pengenalan B yang sudah dipelajari sebelumnya. Ada dua cara untuk membantu mengurangi hambatan retroaktif bagi siswa. Pertama adalah dengan tidak mengajarkan konsep yang miripdan membingungkan terlalu dekatdari segi waktu. Kedua adalah menggunakan metode yang berbeda untuk mengajarkan konsep yang mirip.
- Hambatan proaktif Hambatanproaktif terjadi ketika pembelajaran suatu bagian informasi mengaggu pembelajaran informasi berikutnya. Kasus klasik adalah belajar menyetir mobil disisi kiri jalan di Amerika Serikat seperti yang dilakukan di Inggris. Mungkin akan lebih mudah bagi orang yang bukan sopir amerika utara yang sudah berpengalman karena yang terakhir ini telah belajar dengan begitu lengkap untuk tetap berada di kanan-suatu kesalahan yang berpotensi mematikan di inggris.
- Fasilitas Mempelajari suatu hal sering dapat membatu seseorang mempelajari informasi serupa. Misalnya mempelajari bahasa spanyol lebih dulu mungkin akan membantu siswa yang mengunakan bahasa inggris kemudian mempelajari bahasa italia suatu bahasa yang mirip. Fasilitas proaktif yaitu peningkatan kemampuan untuk mempelajari informasi baru akibat kehadiran informasi yang di peroleh sebelumnya fasilitas retroaktif peningkatan pemahaman tentang informasi yang dipelajari sebelumnya akibat perolehan informasi baru.
- Efek kepertamaan dan kebaharuan Efek kepertamaan yaitu kecenderungan yang lebih mudah mengingat hal yang pertama dalam daftar dari pada hal lain. Efek kebaharuan yaitu kecenderungan yang lebih mudah mengingat hal yang terakhir dalam daftar pada hal lain.
D. Strategi Daya Ingat
Beberapa strategi daya ingat dapat di ingat yaitu :
- Pembelajaran verbal adalah pembelajaran kata-kata atau fakta yang di ungkapkan dalam kata-kata. Tiga jenis tugas pembelajaran verbal biasnya dilihat di ruangan kelas telah diindentifikasikan dan dipelajri secara luas yaitu:
- Pembelajaran pasangan –berkaitan adalah pembelajaran yang melibatkan pembelajaran untuk menyebutkan satu anggota pasangan ketika diberikan anggota lain pasangan tersebut. Biasanya ada suatu daftar pasangan untuk di hafal. Contoh pendidikan ugas pasangan – berkaitan meliputi pembelajaran ibu kota negara bagian, tabel penambahan dan perkalian dan berat atom unsur.
- Pembelajaran serial dadalah pembelajaran yang melibatkan suatu daftar istilah dalam urutan tertentu. Tugas-tugas pebelajaran serial kurang sering terjadi dalam pengajaran diruang kelas dari tugas-tugas pembelajaran pasangan berkaitan.
- Tugas pembelajaran ingatan bebas yaitu pembelajaran yang melibatkan penghaflan daftar, tapi bukan urutan khusus.
E. Informasi Yang Bermakna
Cara membuat informasi yang bermakna yaitu:
- Pembelajaran hafalan fersus yang bermakna Ausubel (1963) membahas perbedaan antara pembelajaran hafalan buta dan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran hafalan merujuk pada mengat fakta atau asosiasi seperti tabel perkalian, simbol kimia untuk unsur-unsur dan nama-nama tulang dan otot dalam tubuh manusia banyak pembeljaran hafalan yang melibatkan asosiasi yag pada dasarnya sewenang-wenang. Pembelajaran yang bermakna adalah pengolahan informasi baru dalam pikiran yang terkait dengan pengetahuan yang di plajari sebelumnya. Pembelajaran yang bermakna tidak bersifat sewenang-wenang. Kadang-kadang kita memperoleh pesan bahwa pembelajaran hafalan “buruk” dan pembelajaran yang bermakna adalah “baik” hal ini tidak selalu benar. Pembelajaran hafalan telah memperoleh nama yang tidak baik dalam pendidikan karena cara itu terlalu banyak di gunakan.
- Pengetahuan lembam informasi yang harus dipelajari dapat diterapkan pada berbagai jenis situasi tetapi pengunaanya terbatas. Biasanya, pengetahuan lembam terdiri atas informasi atu kemampuan yang di pelajari disekolah yang tidak dapat di terapkan dalam kehidupan.
- Teori skema Teori skema menyatakan bahwa informasi disimpan dalam daya ingat jangka panjang dalam skemata (jaringan fakta dan konsep yang saling terkait), yang memberikan struktur untuk memahami formasi baru. Prinsip teori skema ialah bahwa informasi yang cocok dengan skema yang ada jauh lebih muda dipahami, di pelajari dan di ingat dari pada informasi yang tidak cocok dengan skema yang ada.
- Hirarki pengetahuan Telah diajarkan bahwa skemata yang berkembang debgan baik diorganisasikan dalam hirarki yang mirip dengan perangka, dengan informasi tertentu dikelompokan dengan kategori umum. Salah satu wawasan enting dari teori skema ialah bahwa pembelajaran yang bermakna memerlukan keterlibatan aktif pelajar, yang memiliki sangat banyak pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk di gunakan dalam memahami dan menyatukan informasi yang baru.
- Peran penting pengetahuan latar belakang. Pengetahuna laar belakang jauh lebih berperan oenting dari pada kemampuan pembelajaran umum dalam memprediksi bebrapa banyak dapat di perlajari. Pelajar yang tahu banyak tentang suatu pokok persoalan mempunyai skemata yang lebih terbangun dengan baik untuk menyatukan pengetahuan baru. Tidak mengherankan, minat dalam pokok persoalan tertentu mempunyai andil bagi pengethuan latar be;akang dalam pokok persoalan tersebut, dan juga kedalaman pemahaman dan kesediaan menggunakan pengethuan latar belakang untuk menyelesaikan masalah baru. Namun, pelajar sering tidak spontan meggunakan pengetahuan mereka sebeblumnya untuk membantu mereka mempelejari bahan baru.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
- Teori pengolahan informasi Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan.
- Model pengolahan informasi adalah teori pembelajaran menggambarkan proses yang menyababkan informasi di ingat atau di lupakan
- Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif.
- Mengingat adalah proses menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran.
- Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. Adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan
- Beberapa strategi daya ingat dapat di ingat yaitu : Pembelajaran verbal, pembelajaran pasangan –berkaitan, pembelajaran serial, pembelajaran ingatan bebas.
- Cara membuat informasi yang bermakna yaitu: Pembelajaran hafalan fersus yang bermakna, pengetahuan lembam, teori skema, hirarki pengetahuan, peran penting pengetahuan latar belakang.
Oleh :
Tekka Bancin
Tekka Bancin
Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Senin, 25 November 2013
Proposal Metodologi Penelitian
Contoh Proposal Metodologi Penelitian
"Petunjuk pengisisan: Lembar Kerja ini anda kerjakan dengan menuliskan langsung pada format yang telah disediakan"
A. Judul Penelitian
B. Latar belakang masalah;
C. Rumusan masalah;
E. Definisi operasional dan ruang lingkup penelitian;
"Petunjuk pengisisan: Lembar Kerja ini anda kerjakan dengan menuliskan langsung pada format yang telah disediakan"
A. Judul Penelitian
(Studi Efektivitas Katalog Induk Terpasang Perpustakaan UIN Alauddin Makassar)
B. Latar belakang masalah;
Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, dalam menyajikan sumber sumber informasi baik buku maupun dokumen lainnya yang dimiliki menggunakan sarana temu kembali berupa katalog, bibliografi dan indeks. Katalog sebagai salah satu sarana temu kembali bisa berupa katalog tercetak maupun dalam bentuk digital dan berbasis web.
Semakin besar jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan, maka kecepatan dan ketepatan perolehan informasi sangat penting bagi pencari informasi. Suatu sistem otomasi diperlukan untuk membantu pengguna dalam menemukan informasi. Sistem temu kembali informasi .(information retrieval system) merupakan sistem yang digunakan untuk menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan dari penggunanya secara otomatis dari suatu koleksi informasi. Salah satu aplikasi dari Sistem Temu Kembali Informasi adalah katalog induk terpasang Perpustakaan UIN Alauddin. Dengan catalog induk terpasang inilah pengguna dengan mudah
dapat mencari/menelusur judul buku, hasil-hasil penelitian dan dukumen perpustakaan lainnya darimana saja dan kapan saja.
dari mana dan kapan saja.
Pada dasarnya ada dua pendekatan penelusuran yang lazim digunakan dalam system temu kembali informasi yaitu bahasa alamiah (natural language), dan kosa kata terkontrol yang sering juga disebut controlled vocabulary (Hasugian: 2003). Kedua pendekatan ini sejak semula telah digunakan secara luas dalam sistem temu kembali informasi. Banyak database yang telah dibangun untuk digunakan sebagai sarana penelusuran eksperimen dalam rangka pembuktian efektifitas dan efisiensi dari kedua pendekatan tersebut.
Dengan pertimbangan itulah maka dalam penelitian ini akan diuji keefektifan temu kembali dengan menggunakan bahasa alamiah pada indeks judul dan indeks subjek. Dengan penelitian ini nantinya diharapkan akan ditemukan cara penelusuran Katalog Induk Terpasang Perpustakaan UIN Alauddin Makassar yang lebih efektif dan efisien serta menghasilkan temuan dan ketepatan yang tinggi.
C. Rumusan masalah;
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
- Berapa rasio keefektifan nilai temu kembali katalog induk terpasang menggunakan bahasa alami pada entri judul dan subjek ?
- Bagaimana pola pengindeksan pada katalog induk terpasang Perpustakaan UIN Alauddin Makassar?
- Manakah yang lebih efektif dalam temu kembali menggunakan bahasa alami pada entri judul atau subjek?
- Adakah perbedaan hasil temu kembali dengan bahasa alami pada entri judul dan subjek?
Hipotesis memuat informasi tentang jawaban atau dugaan sementara atas permasalahan yang di temukan peneliti.
Landasan Teori
- Temu Kembali informasi Zainab (2002: 41) menjelaskan bahwa temu kembali sebagai suatu proses pencarian dokumen dengan menggunakan istilahistilah pencarian untuk mendefinis;kan dokumen sesuai dengan subjek yang diinginkan. Sementara itu Salton (1983: 1) menjelaskan bahwa secara sederhana temu kembali informasi merupakan suatu system yang menyimpan informasi dan menemukan kembali informasi tersebut. Secara konsep bahwa ada beberapa dokumen atau kumpulan record yang berisi informasi yang diorganisasikan ke dalam sebuah media penyimpanan untuk tujuan mempermudah ditemukan kembali. Dokumen yang tersimpan tersebut dapat berupa kumpulan. record informasi bibliografi maupun data lainnya.
Penulis mengutip dari suplemen kuliah Sistem Temu Kembali Informasi dan Sarana Bibliografi serta Kosa Kata Indeks bahwa benar adanya ketika kita mengelola suatu Perpustakaan ketiga Mata Kuliah yang saya sebutkan tadi saling berkaitan dengan pengelolaan perpustakaan. Seperti halnya sebagai berikut :
- Zainab (2002: 41) menjelaskan bahwa temu kembali sebagai suatu proses pencarian dokumen dengan menggunakan istilahistilah pencarian untuk mendefinis;kan dokumen sesuai dengan subjek yang diinginkan.
- Bahasa penelusuransuran dapat bcrupa kosa katalbahasa alami maupun kosa kata terkontrol. Bahasa alami berasal dari setiap istilah yang ada pada field judul, sementara bahasa terkontrol berasal dari istilah khusus yang berasal dari field subjek.
- Temu Kembali Informasi Bibliografi Terpasang
Pada dasarnya sistem ini merupakan sarana menemukan kembali informasi bibliografil katalog, yang meliputi data kepustakaan yang ada di dalarn daerah deskripsi bibhografi. Dengan sistem ini semua data yang berupa kosa katalistilah yang ada dalam setiap entri katalog/field dapat ditemllkan secara cepat dan akurat.
G. Tujuan dan kegunaan;
1. Tujuan Penelitian Yaitu :
Untuk mengetahui seberapa besar temu kembali informasi bibliografi dengan bahasa alami pada field judul dan subjek.
2. Kegunaan Penelitian Yaitu :
- Manfaat akademis Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah Ilmu Perpustakaan, Sistem temu kembali informasi, Bibliografi, dan Bahasa Ilmiah atau biasa disebut dengan Kosa Kata Indeks Pada mata kuliah ilmu perpustakaan
- Manfaat dalam implementasi atau praktik. Penelitian ini memfokuskan kepada Perpustakaan UGM dan Perpustakaan Fakultas Teknik UGM sebagai objek penelitian, sehingga diharapkan para pengambil kebijakan dalam Lembaga Perpustakaan maupun pihakpihak lainyang berkepentingan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
Disini penulis mencoba meneliti tentang Temu Kembali Informasi Bibliografi Dengan Bahasa Alami Pada Field Judul dan Subjek
(Studi Efektivitas Katalog Induk Terpasang Perpustakaan UGM)
I. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah kuantitatif. Bryman dalam Pendit (2003:195) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif sebagai penelitian yang terutama mengandung upaya mengumpulkan data numerik dan menggunakan logika deduktif dalam pengembangan dan pengujian teorinya.
Subjek dan Objek Penelitian.
J. Lokasi penelitian
Penelitian ini adalah kuantitatif. Bryman dalam Pendit (2003:195) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif sebagai penelitian yang terutama mengandung upaya mengumpulkan data numerik dan menggunakan logika deduktif dalam pengembangan dan pengujian teorinya.
Subjek dan Objek Penelitian.
K. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data, maka dilakukan penelusuran pada web site katalog induk perpustakaan. Setiap istilah pencarian/kala kunci yang . digunaka:l dalam proses penelusuran hasilnya berupa sejumlah data katalog. Dari data
katalog yang diperoleh kemudian dianalisa dan dicatat data mana yang sangat relevan, kurang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhan informasi (topik) tersebut. Masing-masing data dicatat dalam sebuah kolom dalam table perolehan dari kegiatan penelusuran catalog induk terpasang
a. Populasi dan Sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah database katalog perpustakaan perpustakaan di lingkungan UIN Alauddin Makassar yang tergabung dalam catalog induk yang. terdiri dari 29 perpustakaan. 29 perpustakaan tersebut meliputi Perpustakaan Pusat, Perpustakaan fakultas, jurusan, program studi, pusat studi dan lembaga penelitian. Sementara sample yang dimaksud dalam penelitian ini adalah istilah pencarian yang digunakan untuk menelusur. Sampcl diambil dari salah satu mata kuliah dari setiap fakultas yang ada di UIN Alauddin Makassar. Dari tiap sample akan dijabarkan ke dalam 4 bahasa alamiah sebagai kata kunci spesifik yang terdiri dari 2 berbahasa Indonesia dan 2 berbahasa Inggris.
L. Instrument penelitian
Instrumen penelitian diperlukan sebagai alat untuk memperoleh data. Data yang didapatkan berasal dari pangkalan data bibliografi/katalog dari perpustakaanperpustakaan yang tergabung dalam catalog induk terpasang. Sehingga untuk bias mendapatkan data tersebut maka diperlukan kegiatan penelusuran melalui web site catalog induk terse but dengan alamat http://lib.ugm.ac.id/index.html. Untnk itu agar bisa melakukan penelusuran secara terpasang (online) diperlukan fasilitas komputer yang bias terhubung kejaringan internet.
M. Teknik analisis data
Setelah dilakukan pengujian berupa penelusuran dengan berbagai kata kunci pada field judul dan field subjek, kernudian data yang diperoleh dikelornpokkan berdasarkan tingkatan: Sangat Relevan (SR), Kurang Relevan (KR) dan Tidak Relevan.
- Hasil penggabungan dua sampel dan penjenjangan/ranking (tabeI4.3.)
- Nilai uji V" VI=I46 dan V2 =178 Karena 146< 178,makaditetapkan U'=I78 Makanilai uji U=I46
- Di dalam tabel pada taraf nyata a = 0,05 pada sampel n1=18dann2=18didapat angka 109.
Aitchison, Jean; Gilchrist Alan and David Bawden. 1997. Thesaurus Construction and Use:Apractical Manual.London:Aslib.
Allen, James. 1987. Natural Language Understanding. California: Benjamin/Cummings Publishing.
Azhari dan Kasiyadi. (994). Analsis Sintaksis pada Pengolahan Bahasa Alami: Laporan Penelitian. Yogyakarata: Fakultas MIPA UGM.
Barbara, Preece and Peters Thomas. 2001. "Union and Virtual Catalog in Co xortial Environm~nt'. dalam JourNal of Academic Libraries, vol.27 issue 6, 2001
Hasugian, Jonner. 2003. "Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkontrol dalam Sistem Temu Kembali Informasi Berbasis Teks". Dalam USU Digital Library. Medan: Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Beni, Romanus. 1998. "Peran Pustakawan sebagai Intermediary dalam Penelusuran Terpasang (Online Searching)". Dalam Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, volume INo.1, September 1998.
Boyce, Bert R., Charles T. Meadow dan Donald H. Kraft. 1994.Measurement in !information Science.New York:Academic Press.
Lasa HS. 1998. Kamus Istilah Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius
Lancaster, F.W. and MJ. Joncich. 1980. The Measurenment and Evaluation of Library Services. Arlington: Information Resources Press.
Oleh :
Tekka Bancin
Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan
Rabu, 20 November 2013
Langganan:
Postingan (Atom)